Sunday, June 27, 2021

Opor Ayam untuk Tante R

 


Namanya Tante R. Ia tinggal bersama anak semata wayangnya di rumah nomor 8, persis di depan rumahku yang nomor 9. Rumahnya tergolong mewah dengan desain modern dan berpagar tinggi. Ada satu mobil Jeep parkir di garasi dan satu mobil Geely merah di depan rumah nomor 6 - di seberang rumah nomor 7 yang aku tinggali - yang tidak berpenghuni.

Oya, aku tinggal di rumah nomor 7 dan nomor 9 yang berdempetan. Di komplek tempat kami tinggal, barisan rumah nomor-nomor ganjil dan genap dipisahkan oleh jalan raya beraspal yang cukup lebar, muat untuk lewat dua mobil tanpa bersenggolan. 

Berbeda dengan kondisi Tante R, rumahku amatlah sederhana, masih asli dari pengembang. Hal itulah yang mengawali konflik di antara kami. Sebenarnya tidak juga. Dia berubah setelah bangkrut dan semua asetnya disita bank. Bahkan kabarnya, rumah yang ia tempati pun dalam kondisi sengketa dengan bank. Perempuan paruh baya itu berubah sangat membenciku sejak aku membeli rumah nomor 9, yang tadinya sangat ia inginkan. 

Tidak hanya denganku, perempuan yang mengaku bukan orang Jawa tapi fasih berbahasa Jawa itu pun mulai mencari gara-gara dengan tetangga kiri kanan. Bahkan terang-terangan ia menyebar fitnah di tukang sayur baik tentang keluargaku maupun warga lain. Bahkan kami pernah dilaporkan ke pihak berwajib.

Kami tak tahu dari suku mana dia berasal atau agama apa yang ia peluk. Yang jelas dia bukan muslim karena tidak pernah terlihat ke masjid atau melakukan ritual agama Islam. Kristen atau Katolik pun bukan.

Aku pernah meminta tolong pada seorang sahabat - guru Agama Katolik yang merupakan Pelayan Diakonia gereja Katolik setempat - untuk menasehatinya, tapi perempuan baik hati itu tidak pernah melihatnya datang ke gereja.

Demikian pula saat dua orang Pelayan Diakonia gereja Kristen mengunjungi Encim - tetangga depan taman - untuk sebuah kegiatan rohani dan aku meminta tolong untuk sesekali melakukan kunjungan ke rumah Tante Regina, para aktivis gereja itu tak mengenalnya. Bukan jamaah di gereja Kristen setempat.

Bu Ketut dan Cik Meylan pun tak pernah melihatnya di Pura maupun Wihara. Jadi aku menduga Tante R itu mungkin hanya  punya agama 'KTP' atau seorang agnostik. Entahlah, lupakan saja.Toh, tidak mungkin bagiku untuk ke rumahnya dan meminjam KTP, bukan? Yang jelas, sikap buruknya tak berhubungan dengan agama apa pun dan suku apa pun. 

Seiring dengan hawa permusuhan yang semakin menjadi dari Tante R, aku dan warga yang lain pun sering terpancing untuk meladeni. Terkadang aku menduga-duga, mungkin ia terkena post power syndrome, atau bahkan memiliki gangguan jiwa. 

Dugaan ini semakin mengerucut mengingat anaknya yang berumur 13 tahun tak pernah bersekolah. Bahkan kemampuan baca tulisnya setara dengan anak TK, tapi sudah lancar menyetir mobil ke mana-mana. 

Anjingnya pun sering mendengking lemah dan melolong-lolong sedih seperti srigala kelaparan. Kadang aku berpikir, jangan-jangan Tante R tak punya uang untuk membeli makanan untuk anjingnya? 

Kasus pelaporan ke Polsek terhadap kami 24 tetangganya dengan tuduhan penghinaan pun sudah berjalan setahun dan tidak ada titik terang. Pengurus RT/RW dan warga sudah sangat lelah dengan kelakuannya yang meresahkan. Tapi kami tidak bisa bertindak banyak, hanya bersabar dan bersabar.

Setelah sebulan penuh kami berpuasa dengan cobaan sangat berat - bersabar terhadap ajakan perkelahian dari tetangga depan rumah - kami pun bersuka ria dengan datangnya hari raya Idul Fitri.

Aku pun berniat mengantarkan ketupat dan semangkuk opor ke rumah Tante R. 

"Ngapain sih, kita harus anterin opor ke rumah dia? Kan dia jahat." Anakku keheranan dan menolak saat aku tugaskan untuk mengantarkan hantaran lebaran di malam lebaran. Ia hanya melewati rumah nomor 8 saat menuju rumah tetangga yang lain.

"Sebaik-baiknya orang adalah yang paling baik terhadap tetangganya. Itu bukan kata Ibu, tapi sabda Rasulullah. Dan kebetulan Tante R itu tetangga terdekat kita."

"Ogah, ah. Takut. Ibu aja." Kedua anakku tetap menolak diberi tugas. Mendatangi rumah Tante R sama saja bunuh diri bagi anak-anak. Bahkan, hampir semua anak di komplek ini menghindar untuk sekedar lewat di depan rumah megah bercat hitam itu.

"Kalau begitu biar Ibu saja yang ke sana."

Akhirnya semangkuk opor ayam dan dua buah ketupat sukses saya antarkan ke rumah 'angker' itu. Kebetulan yang membukakan gerbang dan menerima hantaranku anak laki-lakinya. 

Semoga Tante R menerima misi perdamaian dunia yang aku tawarkan melalui ketupat opor. 

 

(uss)

Jaksel, lebaran hari ketiga, 16/05/2021

Sumber gambar: kumparan
#cerpenlebaran
#cerpeninspiratif
#ceritapendek
#kisahinspiratif

Sejarah Sectio Caesarea

 2.1. Sejarah Seksio Sesarea

Asal usul dari istilah “operasi Caesar” tidak jelas, tetapi dalam bahasa latin Sektion Sesarea berasal dari kata “caedere” yang berarti “memotong” zaman romawi, ada sebuah peraturan yang dikenal sebagai “Lex caesarii” (peraturan sang raja) yang berbunyi, setiap wanita yang meninggal pada waktu melahirkan, harus segera dioperasi perutnya untuk menyelamatkan sang bayi, yang lebih popular juga terjadi ketika Julius Caesar dilahirkan dengan operasi serupa.

Pembedahan Seksio Sesarea professional yang pertama dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1827, sebelum tahun 1800 Seksio Sesarea jarang dikerjakan dan biasanya fatal. Di London dan Edinberg pada tahun 1877, dari 35 pembedahan sesarea terdapat 33 kematian ibu, menjelang tahun 1877 telah dilakukan 71 kali pembedahan sesar di Amerika Serikat dan angka mortalitasnya 52% yang terutama disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

Evaluasi Seksio Sesarea terjadi pada tahun 1882, ketika Max Sanger memperkenalkan jahitan uterus mengurangi angka mortalitas akibat dari perdarahan secara umum, peritonitis masih tetap merupakan penyebab kematian dominan.

Dewasa ini seksio sesarea jauh lebih aman karena factor-faktor sebagai berikut:

  1. Semakin majunya tehnik pembedahan

  2. Luka pada uterus dijahit kembali sehingga perdarahan dapat terkontrol

  3. Adanya transfusi darah untuk  mengganti kehilangan darah

  4. Adanya antibiotik untuk pencegahan infeksi

  5. Adanya perbaikan dalam tehnik anestesi, dan perbaikan dalam perinatal care.

Teman Mabar Ammar

Tumben amat nyamuk banyak banget. Bisa-bisa kurus kering nih kalau gini. Angin juga tumben kenceng amat. Nyesel tadi nggak pake jaket.

“Mon, beli lotion obat nyamuk, gih! Kampret banget nih nyamuk. Sekalian beli kopi di warkop. Gue tanggung nih lagi push rank. Pete-pete ye?” Aku pun mengangsurkan selembar uang sepuluh ribuan ke tangan Remon yang dengan mata masih tertuju ke gawai, bangun dan bergegas ke warkop di depan Masjid Darussalam.

“Mon, tunggu! Gue ikutan!” Putra bergegas bangkit dan menjajari langkah Remon, meninggalkanku sendirian di pangkalan ojek komplek sebelah.

Aku kembali menekuri game Mobile Legend. Kami sering nongkrong di sini, nyaris setiap malam untuk mabar, main bareng game kesukaan kami. Terkadang beberapa teman perempuan kami juga bergabung, terutama di malam Minggu.

Angin semakin kencang bertiup dan Remon belum kelihatan batang hidungnya. Tiba-tiba bau bunga kamboja menguar begitu kuat. Reflek aku melirik ke arah kanan, kuntum-kuntum berwarna kuning terlihat berserakan, mungkin dijatuhkan angin yang bertiup barusan.

“Ammar!”

Sebuah suara tiba-tiba memanggil dari sebelah kananku, bersamaan dengan tepukan dingin di tengkuk. Aku terlonjak seperti tersengat listrik. Gawai yang sedari tadi aku pegang terlempar.

“Nih, hape lo. Makanya kalau main jangan sambil ngelamun.” Sosok seorang gadis berkuncir kuda mendadak sudah duduk di kursi kayu dan mengulurkan benda kotak berwarna hitam yang masih meneriakkan kata-kata "Enemy has been slain!"

“Sue, lu, Na. Ngagetin aja.” Kaget campur senang, aku meraih gawai dari tangan Nana. Anak komplek yang setiap malam Minggu hampir tak pernah absen mabar bersama kami. Dia cantik, tinggi semampai, gamer, tapi kabarnya selalu meraih peringkat di sekolahnya. Pokoknya cewek idaman banget.

“Lu kemana aja, Na. Kok nggak pernah nongol?”

“Lu kangen, ya?”

“Dih, amit-amit dah, kangen sama elu!” Aku menunduk, pura-pura melanjutkan permainan yang tadi sempat terhenti.

Kami berdua terdiam. Bulan perlahan menghilang ke balik awan. Beberapa ekor kelelawar mencicit dan menyambar-nyambar di sekitar pohon jambu yang ada di depan sebuah rumah, sepuluh meter dari tempat kami duduk.

Udara semakin dingin. Jam di pergelangan tangan menunjukkan pukul 02.00 WIB. Remon dan Put ra tak ada tanda-tanda akan kembali. Jangan-jangan mereka langsung pulang dan meninggalkanku sendirian di pos?

“Kan ada gue, Mar. Elo nggak bakal sendirian, gue temenin mabar deh,” bisik gadis cantik yang duduk di sampingku.

Aku merinding. Kok sepertinya Nana bisa membaca isi hatiku ya? Ah, paling cuma kebetulan saja. Nana kan tahu di mana ada aku, selalu ada Remon dan Putra.

Aku menoleh ke arah Nana, dan menggeser tubuhku agak menyerong, agar bisa ngobrol lebih leluasa dan tak terkesan mengabaikan kehadirannya.

“Lu nggak bawa HP?”

“Kagak. Hape gue rusak. Kemarinan gue kecelakaan.”

“Seriusan, lu?”

“Serius. Nih jidat gue aja masih diperban.”

Nana menyibak poni yang menutupi jidatnya dan sebuah perban penuh darah menempel di sana.

“Lu beneran gapapa, Na? Kalau abis kecelakaan lu harusnya istirahat bukan ke sini," ujarku sambil menatap wajahnya. Nana menunduk memandangi jari-jemarinya yang saling memilin gelisah.

“Gue kangen sama lo, Mar,” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar, seperti berasal dari dunia yang jauh.

“Gue juga kangen sama elu, Na. Lu kan paling rame kalau mabar, suka bawa jajanan lagi,” sahutku sambil menepuk pundaknya. “Kita pulang aja, yuk. Remon sama Putra paling udah pada pulang diomelin maknye. Gue juga dari tadi udah di-WA mulu, nih. Gue anterin sampe rumah, ye?”

Nana bangkit dan berjalan ke arah masjid, ke arah rumahku yang terletak di gang sempit dekat Makam Pulo.

“Rumah elu bukannya di Blok H, ya?”

“Gue udah pindah, Mar, tinggal sama Nenek.”

Nana berjalan perlahan sambil menunduk. Aku berusaha menjajarinya. Kami berjalan dalam diam sampai melewati warkop lalu belok kanan menyusuri jalan yang tembus ke makam menuju rumahku. Nana berjanji akan memberitahuku di mana rumah neneknya dan aku akan mengantarkannya sampai depan gerbang.

“Sebelah mana rumahnya?”

“Lurus aja, dekat mushola.”

Tubuh Nana terlihat sangat ringan, seperti sempoyongan dan bisa jatuh setiap saat. Mungkin karena belum sehat betul, efek habis kecelakaan kemarin. Ingin rasanya aku menggandeng tangannya, atau memeluk pundaknya agar dia tidak jatuh pingsan. Ah, tapi di antara kami kan tidak ada hubungan apa-apa?

Saat tiba di depan gang yang menuju ke rumahku, Nana berhenti. “Sampai sini aja, Mar. Tuh rumah guesudah deket,” ujar Nana sambil menunjuk ke arah Mushola Al-Amin.

 “Gue antar sampai rumah, ya?”

“Gosah, ntar nenek gue marah. Lu liatin gue aja sampai masuk rumah, oke?”

Tanpa menunggu persetujuanku, tubuh rampingnya melesat pergi. Mungkin rumah neneknya di sebelah mushola? Atau malah di depannya? Aku pun berdiri bersedekap, melihat tubuh Nana yang berjalan melewati mushola.

Lho, kok? Jantungku berdebum kencang dan bulu kudukku tiba-tiba meremang. Mushola Al-Amin terletak berdempetan dengan makam, dan tak ada rumah lagi di sana.

Tanganku mencengkeram tiang telepon berusaha mencari keseimbangan, saat kulihat tubuh Nana berjalan lurus menembus gerbang makam yang terkunci.

Setelah berhasil menegakkan tubuh kembali, aku berlari kencang melompati portal yang terpasang di jalan masuk gang rumahku, terpeleset sekali, dan dengan tubuh sempoyongan dengan susah payah berhasil membuka pintu.

Tiba-tiba mataku terpaku pada sebuah besek berkat yang terletak di meja pendek, di atas karpet. Aku memungut buku Yasin yang terletak di atas besek. Foto yang sangat aku kenal tersenyum sedih di cover bagian depan.

Aku memeluk foto Nana di buku Yasin dan terduduk lunglai di karpet.


(uss)

#hororremaja

#ceritahoror


Note:

Pete-pete, patungan

Mabar, main bareng

Mobile Legend, sejenis game online

Enemy has been slain = Anggota musuh ada yang terbunuh. Sebuah istilah di game mobile legend.

Push rank, meningkatkan peringkat, rangking. 

Saturday, December 31, 2016

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

Menurut Bahri (1991 : 16) secara sistematis faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
(1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa.
(a) Kondisi Fisik
Kondisi fisik anak didik harus sehat. Jikka anak hidup dalam keluarga yang kurang mampu, sehingga kebutuhan pokok (kebutuhan sandang dan pangan) tidak terpenuhi akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga aktivitas belajarnya juga terganggu. Misalnya saja seorang anak yang kurang mampu tidak bisa sarapan pagi hari, maka aktivitas belajarnya hanya bisa berjalan dengan baik sampai pukul 10.00 WITA (pagi) dan selebihnya anak menjadi lemah, mengantuk dan tidak konsentrasi terhadap pelajaran
(b) Faktor Psikis/Minat
Pelajaran yang diawali dengan pendahuluan yang baik yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang dimaksudkan sebagai penghubung antara buku pelajaran yang lalu.
(c) Perhatian
Seorang guru untuk mengarahkan perhatian murid pada pengetahuan yang telah ada dalam pikiran mereka, yaitu guru harus memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran yang terdahulu untuk mengingatkan kembali pengetahuan terdahulu, karena merupakan faktor terpenting yang dapat menarik perhatian siswa terhadap proses belajarnya.
(d) Konsentrasi
Apabila siswa sudah mempunyai minat dalam belajar maka seorang guru harus mengarahkan agar siswanya penuh konsentrasi terhadap pelajaran, tanpa konsentrasi segala sesuatu tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran terhadap sesuatu.
(e) Intelegensi
Setiap siswa mempunyai intelegensi yang berbeda, sehingga guru harus bisa memahami perbedaan-perbedaan tersebut. Ada siswa yang mempunyai kadar surut ingatan (regresi) yang tinggi mudah lupa akan masalah-masalah yang dijelaskan oleh guru dan ada siswa yang mempunyai kadar surut ingatan yang rendah akan dapat mengingat lebih lama mengenai hal yang diajarkan.
Jadi seorang pengajar dapat memperkecil regresi siswa-siswanya dengan jalan menanamkan motivasi kepada mereka. Siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi dapat dengan mudah menerima penjelasan guru, sedangkan siswa yang intelegensinya rendah akan mengalami kesulitan, sehingga seorang pendidik lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa yang mempunyai intelegensi yang kurang, sehingga mereka merasa mudah memahami pelajaran tersebut.

(2) Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu
(a) Tempat Belajar
Ruang belajar juga menentkan keberhasilan seorang guru, sehingga guru harus mendesain tempat belajar sebaik mungkin, misalnya : ruangan harus bersih, tenang, kursi/meja siswa diatur sedemikian rupa dengan jarak tertentu dan tenang. Ruangan dapat mempengaruhi intelegensi, minat, perhatian, konsentrasi dan motivasi belajar siswa dalam menerima materi pelajaran.
(b) Waktu Belajar
Biasanya orang dapat bekerja dengan penuh perhatian selama 40 menit.  Orang yang ingin belajar atau bekerja sungguh-sungguh harus bertekad jangan meninggalkan tempat duduknya selama 40 menit. Selama 40 menit kita curahkan perhatian kita sepenuhnya kepada tugas kita, kemudian kita istirahatkan selama 5 menit lalu kita bisa belajar lagi dan kita lakukan belajar sungguh-sungguh selama 2 jam – 4 jam sehari dengan teratur. Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk mencapai
keberhasilan yang memuaskan.
(c) Keluarga/Keadaan Keluarga
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua harus senantiasa memperhatikan pendidikan anaknya, walaupun
orang tua sibuk bekerja. Pendidikan yang keras di rumah, sehingga anak tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap pelajaran. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik antara anak dengan orang tua, dan anak dengan anggota keluarga lainnya. Hubungan yang adalah hubungan yang penuh pengertian dan penuh kasih sayang disertai dengan bimbingan. Suasana rumah yang tenang, tentram dapat membuat anak belajar dengan baik.
Orang tua wajib member pengertian dan dorongan terhadap kesulitan yang dialami anak di sekolah dan orang tua selalu mengontrol pelajaran yang diperoleh anaknya di sekolah dan juga orang tua selalu mengadakan hubungan dengan guru untuk mengetahui perkembangan belajar anaknya. Tidak kalah pentingnya latar belakang pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap pendidikan, bimbingan anak di rumah.
(d) Guru dan cara mengajarnya
Menurut Ametembun (1994 : 33) guru adalah “semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individu maupun secara klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah”.
Jadi seorang guru minimal memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Guru sebelum mengajar haru mengenal bahan pelajaran sebelum menjamin kesanggupan mengajarkannya. Mengenai metode-metode mengajarpun belum menjamin hasil yang baik, situasi belajar senantiasa berlainan, sehingga guru selalu mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan pengajarannya dengan situasi baru yang dihadapinya.
Ciri-ciri guru yang baik dalam mengajar adalah sebagai berikut :
(i)      Guru yang memahami dan menghargai siswanya.
(ii)     Guru harus mengikuti prosedur bahan pelajaran yang diberikan.
(iii)    Guru harus menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.
(iv)    Guru harus menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu.
(v)     Guru mengaktifkan siswa dalam hal belajar.
(vi)    Guru memberikan pengertian dan bukan hanya kata-kata saja
(vii)   Guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan satu buku saja
(viii) Guru harus menggunakan beberapa metode sesuai dengan bahan pelajarannya.
(ix)    Guru mempunyai tujuan tertentu pada setiap pelajaran yang diberikan.
(x)     Guru tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada siswa melainkan senantiasa mengembangkan pribadi anak.

(e) Alat dan Bahan
Alat dan bahan pelajaran merupakan salah satu unsur yang menunjang proses belajar mengajar. Dalam menyampaikan materi guru hanya memberikan kata-kata saja tanpa memahami artinya akan menimbulkan verbalisme dan juga kurang menarik
dan membosankan.
Pelajaran akan lebih menarik dan lebih berhasil, apabila dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman dimana anak dapat melihat, meraba, mengucap, berbuat, mencoba, berpikir. Pelajaran tidak hanya bersifat intelektual melainkan juga bersifat emosional. Kegembiraan belajar dapat mempertinggi hasil belajar. Dalam penggunaan alat peraga harus disesuaikan dengan umur siswa, bahan pelajaran, waktu, ruang dan sebagainya.
(f) Lingkungan dan kesempatan yang tersedia
Kegiatan belajar dapat dipengaruhi oleh lingkungan, oleh karena itu guru harus mengadakan kunjungan rumah, ada keterangan-keterangan yang hanya dapat diperoleh dengan jalan mengunjungi rumah siswa, dengan demikian guru akan mengetahui keadaan lingkungan siswanya. Kunjungan serupa ini sangat bermanfaat bila dihadapi anak-anak yang mengalami kesulitan.
(g) Motivasi Sosial
Motivasi merupakan segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan motivasi dimaksud, usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga anak itu mau melakukan sesuatu. Siswa yang mengetahui sesuatu dari apa yang dipelajariinya adalah sebagai tujuan yang ingin siswa capai selama belajar. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya. Oleh karena itu, cukup beralasan bila prestasi belajar dijadikan sebagai salah satu alat untuk memotivasi siswa dalam belajar. Motivasi di sekolah, guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa-siswa giat belajar, antara lain :
i) Memberi angka
Banyak siswa belajar untuk mencapai angka baik dan untuk itu dia berusaha dengan segenap tenaga. Angka itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat untuk mencapai prestasi. Jadi angka yang diberikan benar-benar menggambarkan hasil belajar siswa.
ii) Hadiah
Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila setiap orang mempunyai harapan untuk memperolehnya.
iii) Persaingan
Persaingan sering digunakan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi, sehingga persaingan merupakan motivasi bagi siswa yang ingin maju.
iv) Sering memberi ulangan
Siswa lebih giat belajar, apabila tahu akan diadakan ulangan atau test dalam waktu singkat. Akan tetapi apabila ulangan terlampau sering dilakukan, misalnya setiap hari, maka pengaruhnya tidak berarti lagi. Tentu saja harus diberitahukan terlebih dahulu akan adanya ulangan tersebut.


v) Pujian
Pujian sebagai akibat pekerjaan yang disesuaikan dengan tingkat keterampilan siswa, yang merupakan wujud motivasi yang baik. Pujian lebih bermanfaat daripada hukuman atau celaan, jadi guru baiknya mencari hal-hal pada siswa yang dapat dipuji, seperti tulisannya, ketelitiannya, tingkah laku dan sebagainya. Pujian memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi harga diri anak. Guru harus menyadari keterbatasan nalar siswa, diharapkan pendidik mampu untuk menerapkan cara mengajar dengan tidak melupakan arti pentingnya alat bantu pengajaran, sehingga lebih mempercepat keberhasilan belajar siswa.
Prestasi belajar yang dikemukakan oleh Pakasi (1985) adalah    “hasil yang mencapai siswa sesudah menjalankan usaha belajar dan prestasi ini berdasarkan pada cepat lambatnya siswa dalam menerima pelajaran, serta hasilnya dapat dinilai”. Sedangkan menurut Ahmadi: “Prestasi belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran”.   


^_^ Semoga Bermanfaat ^_^

Friday, December 30, 2016

Secangkir Kopi Pembunuh


Wonosobo tahun 1989, di sudut gedung SMP 1 di depan alun-alun kota. Punggung Mbah Darmi terbungkuk-bungkuk membuka tutup wajan tanah liat kecil tempat ia memasak kue serabi kesukaanku. Lari pagi takkan lengkap tanpa berjongkok di sampingnya menikmati legitnya kue berbentuk bulan yang menggelembung di tengah itu.Tiba-tiba jajanan panas yang mendesis di mulutku terjatuh bersamaan dengan tubuhku yang terjengkang. Sontak aku melotot ke arah sesosok tubuh yang baru berlari mendekat dan menubrukku.
"Eh, ngapuro, Dik!" ujarnya cengengesan, berusaha meminta maaf.
"Ngati-ati, tha! Untung ora nubruk anglo panas!" seru pembuat serabi paling enak yang tiap pagi mangkal di pojok sekolah itu khawatir, sambil menunjuk tungku kecil berbahan bakar arang.
"Enak banget cuma minta maaf!" sahutku sengit. "Ganti dong!"
"Yeee ... kan udah minta maaf! Kok, masih marah, sih?" jawabnya sambil mengerjap-ngerjapkan mata menahan panas kue berbahan dasar beras dengan kuah gula merah yang sedap. Aku hanya meliriknya sekilas. Sungguh pagi yang menyebalkan. Aku pun kembali melanjutkan dua putaran terakhir mengelilingi alun-alun. Sejak saat itu, sosoknya selalu berpapasan denganku di setiap putaran. Setiap minggu, sepanjang tahun. Tanpa saling menyapa. Kadang ia memanggil-manggil, kadang hanya nyengir lebar. Benar-benar merusak acara Minggu pagiku yang biasanya selalu menyenangkan. ***
Suatu siang yang basah di kota hujan. Aku duduk di teras memandangi tombak-tombak mungil yang terhunjam ke rerumputan. Tugas kuliah yang tak pernah habis benar-benar membuat otakku nyaris kosong. Kuseruput seduhan kopi tubruk yang telah kucampur dengan susu kental manis, sambil membaca Kincir Angin Para Dewa. Shidney Sheldon memang jago membuat darahku terpompa kembali, dan otakku yang semula berasa kosong terasa lebih berisi.Tiba-tiba sosok tinggi tegap menyandang ransel dengan rambut basah menjuntai ke wajah mengagetkanku.
"Hai, serabi panas!"
"Maaf, siapa ya?" tanyaku mengingat-ingat.
"Mosok klalen karo enyong?" ujarnya memberikan kata kunci. Serabi panas? Sepertinya aku ingat, dia kan ...
"Mau cari kost, Mas?" tanyaku seraya mengaduk-aduk ingatan masa lalu.
"Iya, Dik. Cuman dari tadi mondar-mandir nggak dapet. Tuwas wis puegel sikilku," lanjutnya lagi seperti berharap dipersilakan duduk untuk beristirahat.
"Monggo silakan duduk dulu, Mas. Mau minum apa, kopi apa teh?"
"Kalau ada kopi tubruk aja. Kalau ada lho, ya ...."
Aku pun bergegas menyeduhkan secangkir kopi tubruk yang aku bawa dari kampung kami. Kopi terbaik buatan sendiri. Aromanya mengepul, menghangatkan jiwa kami yang selalu rindu untuk pulang. Akhirnya kami duduk berdua menunggu hujan yang tak kunjung reda, sambil menghirup kopi masing-masing. Di sinilah kali pertama aku tahu siapa namanya. Sejak saat itu, dia sering bertandang. Entah sekedar membahas novel terbaru, memberikan oleh-oleh mudik, meminjam setrikaan, meminjamkan koran minggu yang ada rubrik sastranya, atau sekedar meminta kopi tubruk kesukaannya. Sampai suatu hari yang basah di bulan Januari.
"Dik, aku mau pamit. Aku dapat beasiswa S2 di Harvard, jaga diri baik-baik ya?" ujarnya sambil mengaduk-aduk kopi yang semakin mendingin.
"Wah, selamat yo! Aku melu seneng!" ujarku pura-pura gembira. Entah kenapa tiba-tiba suaranya terasa melubangi hatiku. Seperti ada sebuah ruang yang mendadak kosong di sana.Sejak saat itu, kami nyaris tak pernah bertemu kembali. Email-emailnya rutin menyapaku setiap hari. Lalu setiap minggu, setiap bulan, setelah itu dia raib entah ke mana.
***
07 Mei 2016. Bandara Soekarno Hatta Cengkareng. Aku bergegas turun dari taksi bandara berwarna biru, menuju sebuah restoran cepat saji tempatku harus menunggu keponakan yang ingin berlibur di rumahku.Kukeluarkan novel Harry Potter edisi terakhir. Lumayan buku setebal bantal bayi itu bisa membunuh waktu selama menunggu. Tiba-tiba, sebuah suara membuat jantungku nyaris copot.
"Masih suka sama Harpot, Mei?"
Aku tergeragap. Kupalingkan muka dari buku yang tengah aku baca ke arah datangnya suara. Betapa aku harus mengatur irama jantungku yang berloncatan seperti irama gendang kuda lumping yang sedang makan beling.
"Mas ... Mas Husin? Apa kabar?" seruku hampir tak bisa menguasai keadaan. Tenang ... tenang ... batinku sambil menarik nafas panjang. Kenapa bisa ada dia di sini?
"Alhamdulillah, baik. Kamu masih seperti dulu, hanya terlihat lebih dewasa!" ujarnya seraya duduk di hadapanku.
"Sudah ... sudah punya anak berapa?" tanyaku kehilangan topik pembicaraan. Biasanya itulah topik standar yang ditanyakan orang apabila lama tak bertemu.

"Baru lima! Kamu?" "Oh, baru empat, Mas!" sahutku sekenanya. Jadi, dia sudah menikah dan punya anak lima? Oh, betapa bodohnya aku! Kenapa aku bisa merindukan orang yang salah? Bahkan sepatah kata cinta pun belum pernah dia ucapkan. Beruntung seorang pemuda jangkung menghampiri, menyelamatkan ketidakberdayaanku.
"Maaf, saya pamit dulu, Mas. Ini anakku sudah datang!" ujarku seraya menggandeng keponakan dan bergegas meninggalkannya, yang masih memandangi kami hingga naik ke taksi dan meninggalkan bandara.Tulang rusukku terasa menyempit, hingga beberapa tarikan nafas panjang perlu aku lakukan untuk tetap bernafas. Dunia imajinasi yang aku bangun dari titik demi titik kerinduan dan harapan selama bertahun-tahun serasa menimbunku, meluluhlantakkan pertahananku. Mataku terasa mengabut, dan hatiku entah apakah ada kata yang bisa menerjemahkan apa yang aku rasakan.
***
Hujan masih saja mengguyur kotaku. Bahkan, ramalan cuaca hari ini menunjukkan suhu 25 derajat celcius, serta berpotensi hujan badai. Benar saja, matahari tampak enggan menampakkan wajahnya. Entah dia masih mengantuk atau takut dengan sambaran lidah petir. Siang ini sudah ke dua kalinya kuseduh kopi. Kuteguk sedikit demi sedikit sambil memandang hujan yang bagai tumpahan kemarahan langit pada bumi.
Secangkir kopi hitam menguarkan harum kerinduan. Kopi yang dipetik saat memerah ranum, dijemur tangan keriput Simbok di halaman surau. Setelah kering kami biasa menumbuk, menampi, sampai tersisa biji-biji kopi yang berkilat-kilat. Lalu wajan besi tebal di atas tungku terdengar beradu dengan sodet kayu. Wangi kopi mulai semerbak memenuhi dapur berdinding papan yang telah setia melindungi kami dari gigitan cuaca dingin. Kerinduan lah alasan kenapa dia selalu memilih kopi hitam kiriman dari kampung daripada olahan pabrik. Itu pula kenapa aku selalu menyeduh dua cangkir kopi. Kopi tubruk untuknya, dan kopi susu untukku. Lalu aku akan menghirupnya bergantian. Itulah caraku menghadirkan kembali sosoknya di sini. Di tempat dan waktu yang sama. Di tiap tegukan, aku berharap rinduku akan menguar bersama waktu. Enam belas tahun sudah dengan setia kulakukan hal yang sama tiap hujan menyapa. Entah sampai kapan akan berakhir. Semakin hari aroma kopi semakin mengental. Begitu pula dengan rinduku. Secangkir kopi ternyata tak mampu membunuh rinduku padanya.





Thursday, December 29, 2016

Taman Mini vs Pertamina

Taman Mini vs Pertamina

Semalam setelah selesai membaca buku KKPK Rahasia Aisyah (kebetulan di dalamnya ada kata-kata Taman Mini), Aziz bertanya.
Aziz : "Bu, Taman Mini itu kecil, ya?"
Ibu : "Besar, Dek. Luaaas banget."
Aziz : "Kok namanya taman mini, harusnya kan taman mina."
Ibu : "Taman mina??" (bingung)
Aziz : "Iya. Tuh Pertamini kecil nggak kayak Pertamina, gede!"
:D :D :D

Buku Anak yang Menginspirasi

KKPK Rahasia Aisyah

Karya : Naila Yumna Salsabila

Menginspirasi, mengharukan, menegangkan, koplak, dan sarat pesan moral yang tidak menggurui.
Namanya Aisyah. Dia murid baru. Setiap hari Aisyah pergi ke sekolah dengan taksi. Wah, pastilah dia orang kaya. Mungkin karena kaya, Aisyah jadi sombong.

Dia tak mau bermain dengan teman-teman lain. Kalau ditanya diam saja malah langsung pergi. Bahkan dia pernah menabrakku. Bukannya minta maaf atau menolongku mengambil buku-bukuku yang jatuh, Aisyah malah berlari menjauh. Ih, menjengkelkan!

Nah, suatu hari tanpa sengaja aku mendengar percakapannya dengan sopir taksi yang selalu mengantarnya. Wah, ada sesuatu yang aneh.
Sepertinya Aisyah bukan seperti yang kami kira. Aisyah itu ternyata ….

--
Wah ada apa dengan Aisyah ya? Apa rahasianya? Yuk cari tahu!

KKPK Rahasia Aisyah
Karya : Naila Yumna Salsabila (anak saya)
(Ditulis saat berusia 11 tahun)
Bisa dibaca semua umur (terutama 5-13 tahun)

Jika mau yang bertanda tangan bisa pesan ke saya via fb Umi Sakdiyah Sodwijo
Sudah tersedia di seluruh toko buku di Indonesia
Atau toko buku online terpercaya
Rp. 35.000,-


Monday, June 13, 2016

Cinta Maya Diana (Part 2)



"Maaf, Diana. Mulai sekarang kita tak bisa sedekat biasanya. Aku nggak mau pacaran, sedang aku belum siap untuk nikah. Aku harap kamu mengerti."
Mata Diana berembun. Dalam hati kecilnya, ia tak mau kehilangan sosok yang akhir-akhir ini begitu dekat dan selalu siap mendengar keluh kesahnya. Gadis manis itu menelan ludah. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering, dan dadanya sesak. Kenapa laki-laki yang tadinya begitu perhatian dan selalu berusaha menyapanya setiap ia membuka media sosial tiba-tiba saja menjauh? Apa salahku? Batinnya tergugu.
"Ok. Nggak papa." Ketiknya di chat room, lengkap dengan emotikon senyum.
Sebenarnya Diana penasaran juga. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi keputusannya? Apakah ada yang salah dengan komen-komenku, atau statusku? Atau ada hal lain? Ingin sekali ia lontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dalam hatinya. Namun terpaksa ia hapus kembali. Mungkin aku saja yang terlalu baper! Batinnya lagi.
---
Mereka berdua berkenalan di sebuah grup kenepulisan. Awalnya Julian selalu memberikan like terhadap setiap postingan Diana. Entah itu puisi, artikel, ataupun cerpen. Sedangkan ketertarikan gadis itu hanya karena nama laki-laki itu sama dengan tokoh idolanya di buku Lima Sekawan. Julian, dalam buku best seller dunia karya penulis asal Inggris itu adalah sosok pemuda yang tampan, ramah, baik hati, cerdas dan bertanggung jawab. Dia mempunyai bakat alami sebagai pemimpin yang selalu bisa mengambil keputusan yang tepat di saat-saat genting.
Julian sangat sabar dan perhatian dalam memberikan bimbingan menulis kepada Diana. Hal itu membuat gadis perasa itu semakin bersemangat menulis. Hampir semua puisi dan cerpen yang ia tulis terinspirasi sosok pemuda itu.
"Puisinya bagus. Diksinya keren, tapi sayang feelnya kurang dapet. Perbanyak latihan ya, Diana!"
"Overall cerpennya menarik. Cuma openingnya kurang cetar. Coba ganti dengan kalimat yang lebih provokatif, yang membuat pembaca penasaran."
"Tulisanmu tambah bagus!"
Itu yang Julian tulis di kolom komentar. Berbeda lagi dengan yang terbaca di kotak pesan facebook Diana. Semakin lama, pesan-pesannya terasa semakin akrab. Perhatian-perhatian kecilnya membuat Diana semakin terpikat.
"Nanti aku kirimin novel yang bagus banget. Inspiratif. Pasti kamu suka."
"Udah baca buku ini belum?"
"Lagi di mana?"
"Sarapan apa pagi ini?"
"Sarapan apa pagi ini?"!tuk kamu, semoga suka!" katanya saat mengirimkan beberap bait puisi cinta.
Anehnya lagi, ia belum pernah bertemu dengan sosok teman mayanya itu. Wajahnya pun ia tak tahu, karena foto profil Julian di facebook hanya cover sebuah buku berwarna merah bergambar kucing. Kebetulan Diana juga penyayang kucing, dan itu membuat gadis berusia seperempat abad itu semakin terkesan. Kedekatan mereka selama ini hanya terbatas pada saling memberikan like, berbalas komentar dan berlanjut saling berbalas pesan di chat box.
Sekalipun belum pernah bertemu, kehadiran pemuda itu sanggup mengubah kehidupan Diana. Ia menjadi lebih bersemangat, lebih banyak membaca buku, dan lebih banyak membaca berita dan yang paling aneh menjadi suka menonton sepak bola. Hal yang selama ini paling tabu ia lakukan. Tentu hal itu ia lakukan agar selalu tahu apapun yang dibicarakan Julian. Ia berubah menjadi seorang perempuan muda yang menyenangkan dan berwawasan luas. Ia selalu bisa mengikuti semua topik pembicaraan. Efek negatifnya, Diana menjadi semakin boros dengan kuota internet, dan semakin tak bisa membedakan waktu.
Kadang ia tersadar kalau kehadiran lelaki itu telah membuatnya kecanduan. Yah, Julian bagaikan zat adiktif dan psikotropika yang berbahaya bagi tubuh. Ia akan merasa kehilangan dan tak bersemangat jika tak menemukan sosok pemuda itu di facebook. Perhatian dan candaan pria itu sering mebuatnya sakaw. Mungkin tingkat keracunan darah dalam tubuhnya sudah setingkat pengisap putauw atau ganja yang segera memerlukan rehabilitasi.
"Abang kerja di BNN, ya?"
"Iya, Neng. Emang kenapa?"
"Tolong rehabilitasi hatiku yang kecanduan cintamu!"
Mungkin keadaan Diana sudah separah itu? Kesadaran kalau dirinya telah terjebak dalam pesona cinta maya lah yang membuat ia mengiakan saja tanpa bertanya lebih lanjut alasan Julian menjauh.
---
Beberapa bulan kemudian, di suatu Sabtu pagi yang cerah. Setelah jiwanya sedikit lebih waras karena kehilangan Julian, Diana pun berniat kembali ke aktivitas semula. Membaca, dan menulis cerpen maupun puisi. Kebetulan tiap akhir pekan, sebuah koran besar ibu kota selalu memuat cerpen yang dikirim para penulis seluruh negeri. Hmmm … aku harus mencoba menulis lebih bagus lagi biar bisa dimuat di koran ini, batinnya.
Kali ini, cerpen yang dimuat sangat menarik. Cerpen itu adalah cuplikan dari novel terbaru seorang penulis terkenal, yang akan launching esok hari di sebuah toko buku besar di Jakarta. Kata demi kata ia telusuri dengan penuh antusias. Sepertinya ia kenal betul setiap diksi yang dipakai dalam narasi tulisan itu. Juga tiap dialognya ia sudah hapal betul. Ia seperti telah menjadi tokoh utama dalam lakon yang dimainkan. Tiba-tiba gadis manis itu terhenyak. Dadanya terasa sesak. Judul cerpen itu adalah ‘Cinta Maya Alea’. Dan … ceritanya persis sama dengan yang terjadi antara ia dan Julian. Jadi … seribu tanya berkecamuk dalam benaknya. Mata gadis itu semakin nanar. Lalu ia pun mengulangi kembali membaca nama penulisnya: Julian Iskan.

Memilih Hunian Yang Tepat Untuk Membesarkan Buah Hati



Memilih tempat tinggal yang cocok untuk membesarkan anak-anak kita sekaligus untuk investasi masa depan itu bukanlah hal yang mudah. Perlu pemikiran yang matang terkait masalah lokasi, harga, fasilitas, dan nilai investasi yang akan diperoleh, harga jual kembali yang kompetitif, tetangga, lingkungan yang aman dan nyaman, dan masih banyak lagi.

Itulah hal yang saya pertimbangkan sewaktu akan membeli rumah di Citra Indah City, Jonggol Bogor. Pertimbangan utama saya waktu memutuskan untuk tinggal di sana selain harga rumah dan nilai investasi adalah fasilitas utama seperti keberadaan sekolah, tempat ibadah, dan tentunya rumah sakit terdekat, mengingat anak-anak rentan terhadap berbagai macam penyakit.

Citra Indah City, menawarkan hunian yang mendekati tingkat ideal tempat tinggal yang saya inginkan, antara lain:
1. Bebas banjir
2. Keamanan 24 jam

3. Lingkungan asri dengan banyak pepohonan
4. Sistem cluster
5. Adanya sekolah baik negeri maupun swasta (SD-SMU Negeri maupun IT)

6. ATM 
7. Masjid di tiap cluster dan tempat ibadah lain juga dekat
8. Dekat dengan RSUD Cileungsi dan RS Anak/Bersalin Permata (di depan komplek)
9. Adanya pasar dan ruko sebagai tempat usaha
10. Sistem drainase yang baik (got rapi) dan penataan lingkungan yang rapi
11. Waterpark

12. Danau dan kawasan hijau
13. Lapangan bola
14. Transportasi Citra Indah Feeder dari beberapa lokasi di Jakarta langsung ke komplek

15. Transportasi antar cluster berupa angkutan kawasan dan ojek

16. POM bensin


17. Tersedia rumah ekonomis sampai real estate dengan KPR s/d 15 tahun 


Cinta Maya Diana (part 1)



"Kamu udah gila kali ya, ndeketin dia, mencoba jatuh cinta, terus kamu tinggalin hanya untuk keperluan survei?"
"Tentu saja aku waras! Justru aku harus melakukannya dengan sadar. Sesadar-sadarnya, agar aku bisa mendeskripsikan semua perasaan dan emosi-emosi yang muncul nantinya."
"Tapi, kenapa harus dia? Kenapa yang usianya jauh lebih muda? Kamu kan bisa cari yang mapan yang seumur?"
"Hahaha ... kamu tahu sendiri, kan? Semua harus terkontrol. Semua harus sesuai dengan aturan permainan dan skenario yang aku tetapkan. Dan aku harus tetap yang pegang kendali!"
"Dengan kata lain, kamu takut jatuh jatuh cinta beneran dan nggak bisa move on? Dasar sinting! Cinta dipermainkan demi sebuah novel!"
"Novel ini jiwaku! Dan aku sudah lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Jadi aku harus benar-benar jatuh cinta kembali agar bisa menghidupkan tokoh Alea. Jadi tugasmu hanya ingatkan aku kalau perasaanku sudah mulai tak terkontrol. Melenceng dari skenario!"
"Oke! Sak karepmu! Aku kan cuma asisten!" sentak gadis bersepatu kets itu sambil membanting tumpukan naskah di meja. Tepat di depan hidungJulian!
Setelah terlalu lama vakum dari dunia kepenulisan yang telah membesarkan namanya, penulis yang novel pertamanya best seller itu harus mencari hal baru, semangat baru, darah segar, yang bisa memompa adrenalinku agar bisa menuangkan ide-ide segar yang tak hanya disukai oleh pasar tapi bisa memuaskan rasa kangen para penggemar.
Sialnya, Pak Prayogo, bos sebuah penerbitan besar itu menyuruhnya menulis genre metropop, khas generasi urban masa kini. Tak ada pilihan lain. Skenario itu harus dijalankan, atau novelnya akan ketinggalan jaman. Lelaki botak itu memang enterpreneur sejati. Feelingnya tentang pangsa pasar sebuah buku tak pernah meleset. Dan Julian terpaksa harus mengikuti kemauannya, atau namanya akan tenggelam dan dilupakan!
---
Diana, sebuah nama yang manis. Calon penulis berbakat dengan larik-larik puisi yang memikat. Ada sebuah keresahan dan kesepian dalam tiap baitnya. Cerpen-cerpennya pun cukup memikat. Dari beberapa kesempatan memberikan kritikan di sebuah grup kepenulisan, mereka menjadi dekat. Saran-saran Julian yang memberikan kritikan membangun membuat tulisan gadis itu semakin berbobot.
Laki-laki itu memang pandai memainkan perannya dengan baik. Penulis senior yang ramah, jago menulis puisi, religius, pandai memberikan kritikan yang memotivasi, dan jago melawak adalah daya pikat yang tak diajarkan di buku mana pun, yang selalu dengan mudah menaklukan hati tiap wanita, tak terkecuali hati Diana yang perasa. Siapa yang tak melambung hatinya didekati seorang Julian Iskan?
"Ini sudah enam bulan, Jul! Hentikan semua sandiwara ini atau kamu akan melukai hati orang-orang yang kamu cintai!" serang Dian, sang asisten, untuk ke sekian kalinya.
"Tanggung, bentar lagi novelku kelar!"
"Apa jangan-jangan kamu udah jatuh cinta beneran, dan tak sanggup melepaskannya seperti skenario semula?" kejar gadis yang telah rela membantunya selama karirnya menjadi penulis itu. Sebagai seorang asisten, Dian melakukan banyak hal seperti membantu melakukan riset, mengetik naskah, mencarikan referensi dan banyak hal lain yang sangat membantu Julian.
"Emang apa salahnya kalau aku jatuh cinta beneran?" jawab pria itu datar. "Itu, kan nggak sesuai dengan skenario kita, Jul!" sahut Dian kesal. Ah, Julian, kamu tak pernah tahu perasaan seorang wanita! Batinnya sedih. "Dasar laki-laki! Selalu saja egois!"
"What??"
"Dengar, ya, Julian Iskan, penulis senior yang hebat. Kamu harus kembali ke rencana semula. Lupakan Diana dan cintamu yang maya itu! Selesaikan novelmu segera, atau karirmu akan sekarat! Pokoknya aku nggak mau tahu, ya," sungut gadis itu sambil sekali lagi membanting tumpukan naskah di meja sampai kertasnya berserakan tak karuan.
Hmmm ... benar juga kata Dian. Pak Prayogo menunggu draft final novelku. Kalau tenggat waktunya sampai terlewat aku pasti digorok sama dia. Huh! Beginilah nasib penulis di negeri ini. Selalu tak punya kebebasan berekspresi. Selalu tersandung masalah UUD. Iya, UUD! Ujung-ujungnya Duit, batin pria berusia hampir empat puluh tahun yang masih betah membujang itu masygul. Diana ... bagaimana aku harus mengakhiri ini semua?
(bersambung part 2)

Saturday, October 31, 2015

Perempuan Pecinta Hujan


Kenalkan, aku perempuan pecinta hujan. Bagiku hujan sudah seperti nafas. Mungkin itu karena lahir di suatu malam yang penuh dengan jeritan petir dan lolongan badai hujan. Atau bisa juga karena berbintang piscess, yang berlambang ikan. Jadi, butuh air terutama hujan untuk bernafas.

Akhir-akhir ini dada berasa sesak, mungkin paru-paru sudah bersiap untuk meledak. Bukan karena terlalu lama di darat, sehingga insang berubah menjadi paru-paru, tetapi karena udara sudah terlalu panas. Asap pekat menggantung di langit, dan aku hampir lupa cara bernafas yang seharusnya.

Kalau sudah begitu, aku memilih untuk menyendiri dan berendam di bak mandi. Itu untuk mendinginkan otak yang sering tiba-tiba mendidih. Hari ini, aku tidak bisa melakukan ritual itu lagi, karena tiba-tiba kran berhenti mengalirkan air, tapi darah yang mengucur keluar.

Tubuhku mulai menggelepar. Beruntung, di luar langit tiba-tiba menjerit. Awan terlihat hamil tua. Aku meloncat takjub. Segera kubuka pintu dan jendela. Kukeluarkan semua wadah yang berlubang. Panci, dandang, mangkok, baskom, ember, teko, gelas, celengan, galon, juga botol air mineral. Aku berlari kian kemari mengumpulkan hujan yang segera menyergap. Semua wadah sudah terpakai. Aha... aku pun menengadahkan mulut ke atas. Menyerap dingin hujan sebanyak aku bisa.

Aku berdiri di halaman belakang. Merasakan jari-jari mungil hujan menelusup seluruh pori, sampai seluruh tubuhku membiru dan berkeriput. Ah, saat paling romantis kala hujan adalah menghirup secangkir kopi. Kuambil panci kecil yang penuh berisi air hujan. Lalu kujerang di atas kompor.

Duduk di teras, menyeruput kopi air hujan bikinan sendiri, sambil memandangi tombak-tombak mungil menghunjam bumi, adalah saat-saat terindah dalam hidupku. Tiba-tiba...

Puih... kenapa rasa kopiku demikian aneh? Ada rasa pahit kopi, manis gula, legit susu, tapi asin dan sepet-sepet? Ternyata tanpa sadar, air hujan yang kurebus, hasil menampung air cucuran atap itu mengandung kotoran kucing.

Jonggol, 07/10/2015.

Saturday, October 17, 2015

BLI BLI FANTASTIC BLOG COMPETITION

Hi Blogger,

Tinggal 27 hari lagi lhoo untuk memenangkan Asus Zenfone 2, GoPro Hero4, atau Kamera Samsung NX3000.  Yuk segera ikutan Blibli.com Fantastic Blog Competition untuk memenangkan 3 hadiah Fantastic itu.

Klik di sini atau buka blibli.com/blog-competition di browser kamu untuk info selengkapnya & daftar.


Terima kasih,
Blibli.com

Monday, October 5, 2015

FIKSIMINI HUMOR: AJIAN PENGUSIR ASAP


Saudara saya, sebut saja Wak Sofyan yang asli Betawi sudah setahun ini pindah ke Payakumbuh. Pagi-pagi sekali, waktu keluar rumah untuk pergi kerja, dia kaget setengah mati karena halaman rumahnya tak terlihat. Ia pun langsung gelagapan dan memanggil anaknya.

"Juuulll... Juulll... sapa sih pagi-pagi iseng mainan semprotan nyamuk?" teriaknya kesal.

"Itu bukan semprotan nyamuk, Be, tapi kabut asap!" seru Julian Sofyan menyembulkan kepalanya dari balik pintu garasi.

"Bujug dah! Nih asep kayaknya musti ane usir dari muke bumi!" umpat lelaki berkumis ala si Pitung itu kesal.
"Juull... ambilin ulekan! Buruan, kagak pake lama!"

Julian pun segera ke dapur meminjam ulekan dari tangan mpok Ibun yang sedang memasak. Dengan sigap ia menyerahterimakan ulekan itu ke ayahnya.

"Ini, Be, ulekannya. Emang kata siapa sih, ulekan bisa dipake buat ngusir asep?" tanyanya keheranan.

"Ini ajian warisan engkong lu, Tong! Pantengin baik-baik ye!" ujar Wak Sofyan sambil memasang kuda-kuda di halaman rumah. Kakinya ia jejakkan kuat-kuat ke bumi. Matanya terpejam, mulutnya komat-kamit merapal mantra. Tangan kirinya menyilang ke dada. Tangan kanannya mengacungkan ulekan ke langit.

"Asep... asep... enyahlah dari muka ane! Minggat jauh-jauh jangan pernah balik lagi!!!!" teriaknya merapal mantra sambil menjejakkan kaki kanan kuat-kuat. Lalu ia melemparkan ulekan sekencang-kencangnya.

Asep, menantu Uda Azizul yang kebetulan lewat pun lari tunggang langgang dengan jidat membiru sebesar bola pingpong terkena ajian ulekan pengusir asap.

FIKSIMINI HUMOR: LULURAN

Luluran

Pagi-pagi sekali, Richie udah bangun. Maklum pengantin baru dan masih tinggal di PMI (pondok mertua indah). Terdengar siulannya yang merdu dari kamar mandi. Sewaktu bersiap sabunan, tiba-tiba matanya melihat wadah berwarna putih bergampar puteri raja di pojok kamar mandi.

Wah, ini pasti rahasia istriku biar kulitnya halus mulus kayak puteri keraton, batinnya. Ia pun segera membuka wadah itu dan segera membalurkan ke sekujur tubuhnya. Hmmm, pasti yayang habis ini terkaget-kaget melihat kulitku yang gosong berubah jadi kinclong, batinnya lagi sambil bersenandung lagu cucak rowo. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.

"Mas... Sayang... tolong ambilin wadah putih di pojokan kamar mandi. Aku mau nyuci!" seru istri barunya merdu, semerdu gesekan ATM awal bulan.

"Kok, nyuci pake lulur, sih, Dek?"

"Itu bukan lulur, Mas... tapi deterjen yang tumpah jadi aku kumpulin terus ditaruh di wadah bekas lulur," jelas mantan gadis yang semakin terlihat manis itu lebih lanjut.

Waduh!! Jadi aku tadi luluran pakai deterjen? Wis ra popo lah. Deterjen kan biasanya ada pemutih, pewangi sama pelembutnya, batin Richie menghibur diri.

Sunday, October 4, 2015

FIKSIMINI HUMOR: PENYEBAB KABUT ASAP

Menteri Kehutanan Penyebab Kebakaran Hutan 

Bencana kabut asap di Indonesia telah mencapai titik yang mengkhawatirkan, bahkan mengancam kelangsungan hidup masyarakat. Semua pihak sibuk mencari penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut di pulau Sumatera dan Kalimantan, tak terkecuali Juki dan Paijo.

“Juki, dengar tuh, ternyata penyebab kabut asap di Indonesia itu Menteri Kehutanan!” seru Paijo sambil menunjuk televisi di warteg yang sedang menyiarkan berita.

“Mana?”

“Yah, udah lewat. Kamu sih nggak merhatiin!” ujar Paijo menyalahkan.

“Emang bunyi beritanya gemana tadi?” tanya Juki penasaran.

“Tadi kata penyiarnya gini ‘Menteri Kehutanan, bakar hutan-hutan di Indonesia sedang diinvestigasi’ gitu,” Jelas Paijo.

“Sebentar … sebentar … kamu tuh kalau denger atau baca berita jangan asal telen, tapi dicerna dulu. Jatuhnya bisa jadi fitnah. Mosok menteri kehutanan bakar hutan?” ujar Juki heran. Jidatnya mengkerut seperti dompet tanggung bulan. Ia berpikir, mengingat-ingat.

Akhirnya Juki ingat sesuatu.

“Oalah, Jo … Jo … itu bukan menteri kehutanan yang membakar hutan. Tapi memang nama menteri kehutanan kita itu Ibu Bakar, hahaha … nanti kita demo aja ke Jokowi biar menteri kehutananya diganti jadi Pak Parlindungan atau Pak Slamet biar hutan kita selalu terlindung dan selamet dari kebakaran!”

METODE PEMBELAJARAN


1.      Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara Dosen dengan Mahasiswa didik dengan bahan sebagai perantaranya, sedangkan kegiatan pembelajaran adalah suatu kondisi yang sengaja diciptakan, dan semua komponen pembelajaran diperankan secara optimal guna menciptakan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan[1]. 

2. Macam-Macam Metode Pembelajaran[2]:

2.1. Ceramah
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan
ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

2.2. Diskusi Umum (Diskusi Kelas)
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman di antara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain.

2.3.   Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

2.4. Diskusi Kelompok
          Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.

2.5.    Bermain Peran (Role-Play)
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peranperan yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

2.6. Simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.

2.7. Sandiwara
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.

2.8.Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.

2.9. Praktek Lapangan
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan.

2.10.  Permainan (Games)
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.  Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.  Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah ranah sikap-nilai.



[1] Bahri, Syaiful Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, 2002, hlm.43.